Kamis, 27 Juni 2024

10 Kebiasaan Kelas Menengah yang Menghambat Kesuksesan

 

Pinterest.com

Pernahkah Anda merasa bekerja keras setiap hari, menabung sedikit demi sedikit, tetapi tetap belum bisa disebut kaya? Jangan khawatir, Anda tidak sendirian. Mayoritas penduduk Indonesia masuk ke dalam kategori kelas menengah dan calon kelas menengah. Namun, meskipun memiliki daya beli yang cukup tinggi dan menjadi pendorong perekonomian negara, banyak yang terjebak dalam kelas ini karena kebiasaan dan pola pikir yang sulit diubah, sehingga menghambat mereka untuk naik ke kelas atas. Dalam artikel ini, kita akan membahas 10 ciri dan kebiasaan yang menunjukkan apakah Anda bagian dari kelas menengah dan bagaimana kebiasaan ini bisa membuat Anda sulit untuk naik kelas.

1. Pilihan Tempat Tinggal

Salah satu tanda utama dari kelas menengah adalah pilihan tempat tinggal. Banyak orang kelas menengah lebih memilih untuk membeli rumah di pinggiran kota daripada menyewa di pusat kota. Alasannya sederhana: memiliki rumah sendiri dianggap lebih prestisius. Mereka rela berangkat subuh, menghabiskan waktu di jalan selama berjam-jam setiap hari, asalkan memiliki rumah sendiri.

Padahal, tinggal jauh dari pusat kota bisa merugikan dalam jangka panjang. Waktu yang dihabiskan di perjalanan bisa mencapai 2 hingga 5 jam sehari, yang berarti seperempat dari waktu produktif Anda hilang di jalan. Ini juga mengurangi kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas produktif lainnya atau mengejar peluang baru. Sebagai alternatif, pertimbangkan untuk membeli properti bekas di dalam kota atau menyewa properti yang lebih dekat dengan tempat kerja, meskipun harganya lebih mahal. Ingat, aset terpenting yang Anda miliki adalah waktu. Dengan tinggal di lokasi yang lebih strategis, Anda bisa memaksimalkan peluang untuk mendapatkan kesempatan baru dan meningkatkan waktu produktif.

2. Pandangan Terhadap Pekerjaan

Orang kelas menengah biasanya lebih nyaman bekerja di sektor formal, seperti perusahaan swasta, BUMN, atau instansi pemerintah, karena mendapatkan gaji rutin setiap bulan. Namun, banyak juga yang sudah bekerja lama di perusahaan tetapi jabatannya stagnan. Mereka terjebak di pekerjaan yang sama bertahun-tahun karena sudah merasa nyaman dan tidak berani mengambil risiko.

Padahal, untuk naik ke kelas atas, Anda harus berani keluar dari zona nyaman dan mencari peluang baru yang lebih menantang. Kadang-kadang, terlalu nyaman bisa membunuh ambisi Anda. Terus tingkatkan keahlian yang Anda miliki di bidang Anda, dan jika sudah saatnya, ambil langkah untuk mencari pekerjaan yang lebih layak atau bahkan memulai bisnis sendiri. Jangan puas hanya menjadi karyawan seumur hidup; tanamkan mindset bisnis. Dengan begitu, Anda bisa menjadi bos bagi diri sendiri dan memiliki waktu berharga untuk orang yang Anda sayangi.

3. Pembelian Rumah Melalui KPR

Kelas menengah memiliki keinginan besar untuk memiliki rumah sendiri dengan hasil kerja keras, biasanya melalui KPR dengan cicilan 10 hingga 20 tahun. Meski rasanya memuaskan setelah rumah lunas, banyak yang lupa bahwa bunga KPR bisa sangat tinggi. Sales properti sering menggunakan suku bunga acuan paling murah saat simulasi cicilan, tetapi kenyataannya banyak yang kaget melihat cicilan melonjak ketika suku bunga tidak lagi tetap dan mulai mengambang.

Kelas menengah sering terjebak dengan mindset "yang penting punya rumah" tanpa mempertimbangkan kualitas akses, lokasi, bunga, dan tenor cicilan. Padahal, rumah bukan hanya sekedar tempat tinggal, tetapi juga investasi. Pertimbangkan konsep opportunity cost sebelum mengambil keputusan keuangan besar. Jika semuanya tidak dipertimbangkan dengan baik, Anda bisa berakhir mengeluarkan uang banyak tanpa mendapatkan return yang sebanding di masa depan.

4. Pentingnya Pendidikan dan Gaya Pengasuhan

Bagi orang tua kelas menengah, pendidikan anak adalah prioritas nomor satu. Mereka masih menganggap ijazah penting untuk bersaing di dunia kerja. Makin tinggi gelar, makin besar peluang karirnya. Jika tidak mampu masuk ke kampus negeri atau swasta papan atas, minimal tetap harus kuliah, apapun jurusannya.

Namun, pendidikan tinggi tidak selalu menjamin kesuksesan. Saat ini, ijazah saja tidak cukup untuk menjadi kaya. Yang lebih penting adalah keterampilan, pengalaman, dan jaringan. Jadi, selain kuliah, aktiflah dalam organisasi, magang, atau bahkan memulai startup sendiri. Dengan begitu, Anda akan memiliki nilai tambah yang dibutuhkan di dunia kerja atau bisnis.

Selain itu, orang tua kelas menengah sering memaksakan anak mereka untuk menjadi dokter, insinyur, atau profesi bergengsi lainnya, tanpa memperhatikan minat dan bakat anak. Akibatnya, banyak anak yang terjebak di karir yang tidak mereka sukai hanya untuk memenuhi ego orang tua. Menjadi orang tua yang baik bukan hanya tentang profesi populer dan gelar, tetapi juga tentang mendukung anak dalam menemukan passion dan bakat mereka sendiri.

5. Kebiasaan Konsumtif

Orang kelas menengah sering menjadi target empuk bagi para pemasar atau sales, mulai dari sales mobil, properti, hingga asuransi. Mereka royal dan gampang terpikat diskon atau promo. Namun, kebiasaan konsumtif ini bisa membuat mereka boros dan susah kaya. Membeli barang diskonan memang memuaskan, tetapi jangan sampai menjadi korban marketing dan gaya hidup konsumtif.

Sebelum membeli barang, tanyakan pada diri sendiri: "Apakah saya benar-benar membutuhkan ini?" atau "Apa konsekuensinya jika saya tidak membeli ini sekarang?". Jika jawabannya hanya "ingin" dan tidak terlalu berdampak, lebih baik simpan dulu uangnya. Menahan diri sekarang bisa berarti belanja dengan lebih bijak dan sesuai kebutuhan di masa depan.

6. Persepsi Terhadap Diri Sendiri

Orang kelas menengah kadang merasa insecure atau minder. Di satu sisi, mereka merasa lebih beruntung dari orang miskin, tetapi di sisi lain, mereka belum sepenuhnya merasa sukses. Mereka sering mempertanyakan diri sendiri, merasa sudah bekerja keras dan menabung, tetapi tidak ada progres, sementara teman-teman sudah memiliki mobil, rumah, bisnis, dan aset lainnya.

Persepsi seperti ini tidak adil baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Menilai diri dan orang lain hanya dari kepemilikan materi atau status sosial tidaklah tepat. Jangan pernah merendahkan diri sendiri karena pencapaianmu belum terlihat. Setiap orang memiliki potensi yang sama besar untuk sukses. Yang penting adalah tidak terjebak dalam status quo dan terus berusaha menjadi versi terbaik dari diri sendiri. Jangan ragu untuk mencoba hal baru, jangan takut gagal, dan jangan berhenti belajar.

7. Kebiasaan Traveling

Untuk menghilangkan penat setelah bekerja dan mengurus anak, orang kelas menengah seringkali suka traveling. Mereka tergolong perhitungan soal budget traveling, selalu mencari promo tiket pesawat, hotel, dan transportasi. Traveling memang boleh untuk refreshing dan belajar budaya baru, tetapi bagi orang kelas menengah, kadang traveling menjadi ajang pamer kebahagiaan.

Daripada traveling hanya untuk fomo dan pamer, lebih baik investasi pada hal yang lebih produktif seperti kursus, membeli aset, atau membangun jaringan. Ini pasti lebih worth it untuk jangka panjang.

8. Pandangan Terhadap Orang Kaya

Banyak orang kelas menengah merasa iri terhadap gaya hidup orang kaya. Melihat postingan mereka di media sosial yang menunjukkan kehidupan mewah bisa memicu rasa iri. Namun, orang kelas menengah sering berpikir bahwa orang kaya pasti licik, korup, atau mendapatkan warisan.

Untuk menjadi kaya, mindset seperti ini harus dihilangkan. Daripada membiarkan rasa iri dan dengki muncul, lebih baik mendoakan yang baik-baik untuk mereka dan fokus pada pengembangan diri sendiri. Jika kita benci terhadap orang kaya, bagaimana kita bisa menjadi kaya? Jangan sampai rasa iri membuat pikiran kita memblokir untuk menjadi kaya di alam bawah sadar. Fokuslah pada pengembangan skill dan mencari peluang untuk menjadi sukses juga.

9. Target Pemasaran

Sebagai orang kelas menengah, seringkali kita menjadi target empuk bagi para pemasar atau sales. Mengapa? Karena kelas menengah dianggap pasar yang potensial. Mereka royal dan mudah terpikat diskon atau promo. Namun, ini bisa membuat kita boros dan susah kaya. Membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu penting hanya karena sedang diskon atau viral bisa menjadi kebiasaan yang buruk.

Setiap kali ingin belanja, ajukan pertanyaan kepada diri sendiri: "Apakah saya benar-benar membutuhkan ini?" atau "Apa konsekuensinya jika saya tidak membeli ini sekarang?". Jika jawabannya hanya "ingin" dan tidak terlalu berdampak, lebih baik simpan dulu uangnya. Menahan diri sekarang bisa berarti belanja dengan lebih bijak dan sesuai kebutuhan di masa depan.

10. Persiapan Pensiun

Banyak orang kelas menengah yang menganggap pensiun masih lama, sehingga persiapannya santai. Padahal, justru harus mulai menyiapkannya dari sekarang. Mengapa? Karena kita tidak pernah tahu bagaimana kondisi kita di masa depan. Tuntutan hidup juga semakin tinggi, mulai dari biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, hingga membantu anak menikah atau membangun rumah.

Kelas menengah masih terbiasa dengan pola hidup gajian, belanja, habis gajian lagi, dan jarang menyisihkan gaji untuk investasi atau aset produktif. Masa depan yang cerah harus dipersiapkan jauh-jauh hari. Sisihkan anggaran khusus secara konsisten untuk investasi jangka panjang. Cari tahu instrumen investasi yang cocok dengan profil risiko Anda karena tidak ada investasi yang cocok untuk semua orang. Semua tergantung pada tujuan finansial dan toleransi risiko masing-masing.

Pensiun yang nyaman dan bahagia bukan hanya mimpi, tetapi bisa menjadi kenyataan jika kita mau berpikir panjang dan mulai mempersiapkannya dari sekarang. Yang penting, pensiun nanti uangnya sudah cukup, impian kita tercapai, dan kita bisa menikmati hidup tanpa merepotkan siapa-siapa.

Kesimpulan

Dari 10 ciri dan kebiasaan yang telah dibahas, mungkin banyak dari kita yang merasa relevan. Jika demikian, selamat! Anda resmi menjadi bagian dari keluarga besar kelas menengah Indonesia. Namun, jangan hanya berhenti sampai di situ. Justru sekarang adalah waktu yang tepat untuk meng-upgrade diri, baik itu secara skill, finansial, maupun mental. Mulailah dengan menabung dan berinvestasi secara bijak, mengelola pendapatan dengan lebih efisien, meningkatkan passive income, atau bahkan memulai bisnis sendiri. Semua ini bisa menjadi langkah menuju kesuksesan dan naik kelas.

Dengan mengubah kebiasaan dan pola pikir, Anda bisa mengatasi hambatan yang membuat Anda terjebak dalam kelas menengah dan membuka jalan menuju kehidupan yang lebih sukses dan sejahtera. Selamat berjuang dan jangan pernah berhenti belajar!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar